Teori Kepribadian Albert Bandura: Social Cognitive Theory



Social Cognitive Theory

Albert Bandura

Pada teori sosial kognitif ini, dijelaskan mengenai tingkah laku manusia dari segi hubungan timbal balik yang berkesinambungan antara faktor kognitif, tingkah laku, dan faktor lingkungan. Manusia dan lingkungannya merupakan faktor-faktor yang saling menentukan secara timbal balik (Bandura, 1977). Dalam teori ini, digunakan penjelasan-penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan-penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana kita belajar dari orang lain. 

Biografi Albert Bandura

Albert Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada 04 Desember 1925, ia adalah seorang psikolog. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan juga mendapat pendidikan disana. Dia memperoleh gelar Master di dalam bidang psikologi pada tahun 1951 dan setahun kemudian ia juga meraih gelar doctor (Ph.D). Bandura menyelesaikan program doktornya dalam bidang psikologi klinik, setelah lulus ia mengajar di Standford University hingga saat ini. Bandura banyak terjun dalam pendekatan teori pembelajaran untuk meneliti tingkah laku manusia dan tertarik pada nilai eksperimen. Pada tahun 1964 Albert Bandura dilantik sebagai professor dan seterusnya menerima anugerah American Psychological Association untuk Distinguished scientific contribution pada tahun 1980.

Teori pembelajaran sosial dari Bandura.

Bagi Bandura, walaupun prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku, prinsip itu harus memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma behaviorisme. Pertama, Bandura berpendapat bahwa manusia dapat berfikir dan mengatur tingkah lakunya sendiri, sehingga mereka bukan semata-mata bidak yang menjadi objek pengaruh lingkungan. Sifat kausal bukan dimiliki sendirian oleh lingkungan, karena orang dan lingkungan saling mempengaruhi. Kedua, Bandura menyatakan, banyak aspek fungsi kepribadian melibatkan interaksi dengan orang lain. Dampaknya, teori kepribadian yang memadai harus memperhitungkan konteks sosial di mana tingkah laku itu diperoleh dan dipelihara. Konsep dasar teori belajar sosial (social learning theory) Bandura dalam buku Alwisol, Psikologi Kepribadian, 2004 yaitu:
  1. Determinis Resiprokal.
Pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal balik yang terus menerus antara determinan kognitif, behavioral dan lingkungan. Orang menentukan/ mempengaruhi tingkah lakunya dengan mengontrol lingkungan, tetapi orang itu juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan itu. Determenis resiprokal adalah konsep penting dalam teori belajar sosial Bandura, menjadi pijakan Bandura dalam memahami tingkah laku. Teori belajar sosial memakai saling detirminis sebagai prinsip dasar untuk menganalisis fenomena psiko-sosial di berbagai tingkat kompleksitas, dari perkembangan interpersonal sampai tingkah laku interpersonal serta fungsi interaktif sari organisasi dan sistem sosial.  
  1. Tanpa Reinforcement.
Bandura memandang teori Skinner dan Hull terlalu bergantung pada reinforcement. Jika setiap unik respon sosial yang orang malah tidak belajar apapun. Menurutnya reinforcement penting dalam menentukan apakah suatu tingkah laku akan terus terjadi atau tidak, tetapi itu bukan satu–satunya pembentuk tingkah laku. Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan kemudian mengulang apa yang dilihatnya. Belajar melalui observasi tanpa ada reinforsement yang terlibat, berarti tingkah laku ditentukan oleh antisipasi konsekuensi, itu merupakan pokok teori belajar sosial. 
  1. Kognisi dan Regulasi diri.
Teori belajar  tradisional sering terhalang oleh ketidaksenangan atau ketidakmampuan mereka untuk menjelaskan proses kognitif. Konsep Bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri (self regulation), mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri. Kemampuan kecerdasan untuk berfikir simbolik menjadi sarana yang kuat untuk menangani lingkungan, misalnya dengan  menyimpan pengalaman (dalam ingatan) dalam wujud verbal dan gambaran imajinasi untuk kepentingan tingkahlaku pada masa yang akan datang. Kemampuan untuk menggambarkan secara imajinatif hasil yang diinginkan pada masa yang akan datang mengembangkan strategi tingkah laku yang membimbing ke arah tujuan jangka panjang.

Perkembangan Kepribadian 

a.    Belajar Melalui Observasi 
Menurut Bandura, kebanyakan belajar terjadi tanpa penguatan (reinforcement) yang nyata. Seseorang dapat mempelajari respon baru dengan melihat respon orang lain, bahkan belajar tetap terjadi tanpa ikut melakukan hal yang dipelajari itu. Belajar melalui observasi jauh lebih efisien dibanding belajar melalui pengalaman langsung karena melalui observasi orang dapat memperoleh respon yang tidak terhingga, yang mungkin diikuti dengan hubungan atau penguatan. Terdapat dua cara dalam belajar melalui observasi, yaitu: 
1)   Peniruan (Modelling), Inti dari belajar melalui observasi adalah modeling. Peniruan atau meniru sesungguhnya tidak tepat untuk mengganti kata modeling, karena modeling bukan sekedar menirukan atau mengulangi apa yang dilakukan orang model (orang lain). Tingkah laku manusia bukan semata–mata bersifat refleks atau otomatis, melainkan juga merupakan akibat dari reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif.  
Menurut bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan (imitation) maupun penyajian contoh perilaku (modelling). Sebagai contoh, orang tua dan guru memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak untuk menirukan perilaku membaca. Anggota keluarga yang sering dilihat oleh anak membaca atau memegang buku di rumah akan merangsang anak untuk mencoba mengenal buku.  
2)   Modeling Tingkahlaku Baru. Melalui modeling orang dapat memperoleh tingkah laku baru. Ini dimungkinkan karena adanya kemampuan kognitif. Stimuli berbentuk tingkah laku model ditransformasi menjadi gambaran mental, dan yang lebih penting lagi ditransformasi menjadi simbol verbal yang dapat diingat kembali suatu saat nanti. Ketrampilan kognitif yang bersifat simbolik ini, membuat orang dapat mentransform apa yang dipelajarinya atau menggabung-gabung apa yang diamatinya dalam berbagai situasi menjadi pola tingkah laku baru. 

 

 
b.    Modeling Mengubah Tingkahlaku Lama 
Disamping dampak mempelajari tingkah laku baru, modeling mempunyai dua macam dampak terhadap tingkah laku lama. Pertama, tingkah laku model yang diterima secara sosial dapat memperkuat respon yang sudah dimiliki pengamat. Kedua, tingkah laku model yang tidak diterima secara sosial dapat memperkuat atau memperlemah pengamat untuk melakukan tingkah laku yang tidak diterima secara sosial, tergantung apakah tingkah laku model itu diganjar atau dihukum. Kalau tingkah laku yang tidak dikehendaki itu justru diganjar, pengamat cenderung meniru tingkah laku itu, sebaliknya kalau tingkah laku yang tidak dikehendaki itu dihukum, respon pengamat menjadi semakin lemah. 
1) Modeling Simbolik, dewasa ini sebagian besar modeling tingkah laku berbentuk simbolik. Film dan televisi menyajikan contoh tingkah laku yang tak terhitung yang mungkin mempengaruhi pengamatnya. Sajian itu berpotensi sebagai sumber model tingkah laku 
2) Modeling Kondisioning, pengamat mengobservasi model tingkah laku emosional yang mendapat penguatan.muncul respon emosional yang sama dalam diri pengamat, dan respon itu ditujukan kepada obyek yang ada di dekatnya. Contoh: emosi marah yang muncul ketika seorang anak menonton film yang isinya ibu tiri yang jahat dan anak kandungnya. Sehingga dilampiaskan kepada siapa saja yang ada di dekatnya 

Aplikasi Teori Bandura

Teori Bandura diaplikasikan dalam Psikoterapi yaitu terapi yang dilakukan Bandura adalah terapi kognitif-sosial. Tujuannya untuk memperbaiki regulasi self, melalui pengubahan tingkahlaku dan mempertahankan perubahan tingkah laku yang terjadi. Ada tiga tingkatan keefektifan suatu tritmen yakni; tingkat induksi perubahan, generalisasi, dan pemeliharaan (Gusti Gina, 2014)
a.    Tingkat Induksi perubahan: tritmen dikatakan efektif kalau dapat mengubah tingkahlaku. Misalnya terapi menghilangkan takut ketinggian penderita akrofobia, sehingga dia berani naik tangga yang tinggi. 
b.    Tingkat Generalisasi: tritmen yang lebih tinggi, memungkinkan terjadinya generalisasi. Penderita akrofobia itu bukan hanya berani naik tangga, dia juga berani naik lift, naik kapal terbang, dan membersihkan kaca gedung bertingkat. 
c.    Tingkat Pemeliharaan: sering terjadi tingkahlaku positif hasil terapi berubah kembali menjadi tingkahlaku negative (khususnya pada tingkahlaku habit negative, merokok, alkoholik, narkotik). Terapi mencapai tingkat efektif yang tertinggi kalau hasil induksi dan generalisasi dapat terpelihara, tidak berubah menjadi negative.  
Bandura mengusulkan tiga macam pendekatan tritmen, yakni; latihan penguasaan (desensitisasi modeling), modeling terbuka, dan modeling simbolik. 
a.    Latihan penguasaan (desensitisasi modeling): mengajari klien untuk menguasai tingkah laku yang sebelumnya tidak bisa dilakukan (misalnya karena takut). Tritmen konseling dimulai dengan membantu klien mencapai relaksasi yang mendalam. Kemudian konselor meminta klien membayangkan hal yang menakutkannya secara bertahap. Misalnya, ular, dibayangkan melihat ular mainan dietalase toko. Kalau klien dapat membayangkan kejadian itu tanpa rasa takut, mereka diminta membayangkan bermain-main dengan ular mainan, kemudian melihat ular dikandang kebun binatang, kemudian menyentuh ular, sampai akhirnya menggendong ular. Ini adalah model desensitisasi sistematik yang pada paradigma behaviourisme dilakukan dengan memanfaatkan variasi penguatan. Bandura memakai desensitisasi sistematik itu dalam fikiran (karena itu teknik ini terkadang disebut: modeling kognitif) tanpa memakai penguatan yang nyata. 
b.    Modeling terbuka (modeling partisipan): Klien melihat model nyata, biasanya diikuti dengan kklien berpartisipasi dalam kegiatan model, dibantu oleh modelnya meniru tingkahlaku yang dikehendaki, sampai akhirnya mampu melakukan sendiri tanpa bantuan. 
c.    Modeling simbolik: klien melihat model dalam film, atau gambar/ cerita. Kepuasan vicarious (melihat model mendapat penguatan) mendorong klien untuk mencoba/ meniru tingkahlaku modelnya. 

 Referensi :

Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Gusti Gina, 2014. Makalah Social Cognitive Theory (Bandura-Mischel). Makalah. 

Posting Komentar

0 Komentar