Teori Kepribadian Sigmund Freud : Psikoanalisis



   
PSIKOANALISIS 

    Pada era dewasa ini atau biasa disebut era milenial banyak kalangan anak muda Indonesia bahkan dunia secara umum lebih rentan mengalami gangguan kepribadian. Dengan semakin tingginya tuntutan pergaulan yang mengharuskan generasi milenial untuk selalu tampil eksis, seru, asyik, tidak sedikit para milenial yang mengalami krisis percaya diri. Jika itu terus berlanjut tanpa adanya penanganan akan sangat mungkin para generasi milenial mengalami depresi. Oleh sebab itu, kita membutuhkan sejenis kerangka acuan untuk megetahui dan memahami kepribadian individu yang baik. Sehingga gangguan-gangguan yang biasa muncul pada kepribadian setiap individu dapat dihindari. Psikologi kepribadian merupakan cabang dari ilmu psikologi yang mempelajari mengenai kepribadian manusia. Singmund Freud sebagai salah satu tokoh penting dalam perkembangan ilmu ini memiliki teori yang sangat populer dan biasa dijadikan pijakan teori dalam perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi kepribadian dengan teori psikoanalisisnya. Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia sebagai objek kajian psikologi memiliki kepribadian dan sifat lahiriah yang berbeda antara individu yang satu dengan yang lain. Teori ini menganggap bahwa kepribadian akan mulai berkembang saat terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologi itu sendiri.

Biografi Sigmund Freud

    Sigmund Freud lahir di Freiberg, Moravia pada 6 mei 1856 dan meninggal di London 23 September 1939 berasal dari keluarga Yahudi. Mempunyai seorang istri bernama Martha Barneys dan mempunyai 6 orang anak, serta putrinya, Anna Freud menjadi penganut Freudinamisme. Sigmund Freud masuk fakultas kedokteran universitas kedokteran wina pada tahun 1873-1881, spesialisasi dokter ahli syaraf dan penyakit jiwa (psikiatri). Pada tahun 1894 Freud belajar terapi histeri pada Jean Caharcot di Paris. Tahun 1895 ia kembali ke Wina bekerja sama dengan Dr. Joseph Breur dengan metode asosiasi bebas. Tahun 1895 Freud bersama Breur menulis tentang kasus-kasus histeri. Tahun 1923 Freud terkena penyakit kanker rahang yang dideritanya selama 20 tahun terakhir dalam hidupnya.

Pengertian Psikoanalisis

    Psikoanalisis merupakan salah satu aliran yang terdapat dalam disiplin ilmu psikologi. Psikoanalisis dapat dikatakan sebagai teori kepribadian dan psikoterapi yang sangat komprehensif dibandingkan dengan teori serupa yang pernah dikembangkan. Psikoanalisis dikembangkan sebagai kerangka teoritis dan metode untuk memahami dunia dalam jiwa manusia atau dapat juga dikatakan sebagai bentuk terapi. Aliran psikoanalisis ini ditemukan oleh Sigmund Freud di Wina, Austria. Dalam teorinya Freud mengatakan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh alam bawah sadar yang berisi insting atau naluri alamiah dan dorongan biologis manusia. Freud beranggapan, perilaku yang nampak dan ditunjukan seseorang adalah akibat dari konflik-konflik alam bawah sadar yang tidak nampak. Kondisi psikis yang tidak nampak tersebut oleh Freud dibagi ke dalam tiga struktur kesadaran manusia, yaitu: sadar (conscious), prasadar (preconscious), tak sadar (unconscious). Dasar-dasar dari pemikiran psikoanalisis Freud ini adalah, peran penting dari ketidaksadaran beserta insting-insting seks dan agresi yang ada di dalamnya dalam pengaturan tingkah laku, menjadi temuan monumental Freud. Sistematik yang dipakai Freud dalam mendiskripsi kepribadian menjadi tiga pokok yaitu: struktur kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian.

Sejarah Psikoanalisis

Psikoanalisis yang diperkenalkan oleh Sigmund Freud (1856-1939) pada tahun 1909.Ia dikenal dengan teorinya mengenai alam ketidaksadaran. Teori ini merupakan penemuan baru saat itu karena selama itu para ahli hanya menyibukan diri dengan alam kesadaran sebagaimana yang nyata dalam teori-teori lain yang berlaku saat itu seperti Teori asosiasi, Teori introspeksi, Behaviourisme, dan sebagainya. Ketidaksadaran (unconsciousness) menurut Freud berisi dorongan-dorongan yang timbul pada masa kanak-kanak yang oleh satu dan lain hal (misalnya karena dilarang oleh norma masyarakat) terpaksa ditekan sehingga tidak muncul dalam kesadaran. Dorongan-dorongan terlarang ini, menurut Teori Freud yang klasik adalah naluri seksual atau disebut juga libido sexualis dan naluri agresi atau tanatos.Dorongan-dorongan terlarang ini, meskipun ditekan tetap berpengaruh dan sering timbul dalam mimpi-mimpi, kesalahan bicara (slip of the tongue) atau bahkan dalam perbuatan-perbuatan biasa yang dapat diterima masyarakat seperti karya seni, karya sastra, ilmu pengetahuan, dan sebagainya.

    Sebaliknya, kalau dorongan-dorongan ini sama sekali tidak dapat disalurkan, maka ia akan mengganggu kepribadian orang yang bersangkutan yang antara lain dapat berbentuk gangguan-gangguan kejiwaan yang disebut psikoneurosis. Psikoanalisis sebagai teknik penyembuhan penyakit-penyakit kejiwaan (psikoterapi) mempunyai metode untuk membongkar gangguan-gangguan yang terdapat dalam ketidaksadaran ini, antara lain dengan metode analisis mimpi dan metode asosiasi bebas. Dalam perkembangan teori selanjutnya, Freud mengemukakan pula teoritentang id, ego, dan superego yang masing-masing berarti dorongan-dorongan naluri (id), aku (ego), dan hati nurani (superego)

Struktur Kepribadian

Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran yaitu, sadar (conscious), prasadar (preconscious), tak sadar (unconscious) dengan uraian sebagai berikut:

  1. Sadar (conscious) merupakan tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu. Menurut Freud hanya sebagian kecil saja dari kehidupan mental (fikiran, persepsi, perasaan, dan ingatan) yang masuk ke kesadaran (consciousness).
  2. Prasadar (Preconscious) Prasadar disebut juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat kesadaran yang menjadi jembatan antara sadar dan tak sadar. Pengalaman yang ditinggal oleh perhatian, semula disadari tetapi kemudian tidak lagi dicermati, akan ditekan pindah ke daerah prasadar.
  3. Tak sadar (Unconscious) Tak sadar adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut Freud merupakan bagian terpenting dri jiwa manusia. Secara khusus Freud membuktikan bahwa ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik tetapi itu adalah kenyataan empirik. Ketidaksadaran itu berisi insting, implus, dan drives yang dibawa dari lahir, dan pengalaman-pengalaman traumatik (biasanya pada masa anak-anak) yang ditekan oleh kesadaran dipindah ke daerah tak sadar.
    Teori mengenai konflik hanya melibatkan tiga unsur tersebut, sebelum Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain pada 1923. Tiga model struktural yang dia kenalkan tidak menggantikan struktur lama, melainkan melengkapinya. Tiga model struktural yaitu:

  1. Id yang merupakan bagian kepribadian yang menyimpan dorongan, dan juga merupakan sistem kepribadian yang sangat orisinil atau bisa dikatakan bahwa id merupakan bawaan sejak lahir dan semua manusia memilikinya. Sejak manusia lahir mereka dikuasai oleh id. Letak id sendiri berada dibawah alam sadar manusia. Id adalah sumber naluri dan kurang terorganisasi. Pada dasarnya id selalu mencari kesenangan dan kepuasaan menolak semua rasa sakit. Karena hanya berorientasi pada kesenangan semata, maka cenderung sering kali id ini mempunyai sifat tidak logis dan tidak bermoral id termotivasi oleh dua insting dasar yaitu insting seksual dan insting agresif dimana Freud seringkali menyebutnya sebagai insting distruktif.
  2. Ego (aspek psikologis) yang berfungsi menjembatani tuntutan id dengan relitas di dunia luar. Ego merupakan mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Adapun proses yang dimiliki dan dijalankan ego adalah upaya memuaskan kebutuhan atau mengurangi tegangan oleh individu.
  3. Super Ego adalah unsur yang menjadi polisi kepribadian,dan disebut juga sebagai hati nurani. Super ego berfungsi sebagai peredam hasrat-hasrat yang bertentangan dengan norma sosial dan yang ada di alam bawah sadar.

Dinamika Kepribadian

    Freud menganggap organisme manusia sebagai suatu system energy kompleks, yang memperoleh energinya dari makanan yang dimakannya, dan menggunakanya untuk bermacam-macam hal, seperti sirkulasi, pernapasan,gerakan otot, mengamati berpikir, dan mengingat. Freud yakin adalah sangat sah menyebut bentuk energi ini energi psikis. Menurut doktrin penyimpanan energi, energi dapat berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, tetepi tidak dapat hilang dari seluruh system kosmis; berdasarkan pemikiran ini maka energi psikis dapat diubah menjadi energi fisiologis dan demikian sebaliknya. Titik hubungan antara energi tubuh dan energi kepribadian adalah id beserta insting-instingnya.

  1. Insting. Insting menjadi sumber energi psikis dalam mengarahkan tindakannya memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Freud mengelompokkan insting atas dua jenis yakni insting hidup dan insting mati. Bentuk energi dimana insting-insting hidup beroperasi disebut libido. Yang paling utama insting libido ialah insting seksual. Insting-insting hidup yang lainnya adalah lapar dan haus.
  2. Distribusi Energi. Dinamika kepribadian terdiri dari bagaimana cara energi psikis itu didistribusikan serta digunakan oleh id, ego, dan super ego. Oleh karena itulah energi terbatas, maka terjadi semacam persaingan dalam menggunakan energi tersebut. Freud menyatakan bahwa energi yang ada pada individu berasal dari sumber yang sama yaitu makanan yang dikonsumsi. Bahwa energi manusia dibedakan hanya dari penggunaannya, energi untuk aktivitas fisik disebut energi fisik, dan energi yang gunakan untuk aktivitas psikis disebut energi psikis. Freud menyatakan bahwa pada mulanya yang memiliki energi hanyalah id saja. Melalui mekanisme yang oleh Freud disebut identifikasi, energi tersebut diberikan oleh id kepada ego dan super ego.
  3. Mekanisme Pertahanan Ego. Menurut Freud mekanisme pertahanan ego sebagai strategi yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorongan id maupun untuk menghadapi tekanan super ego atas ego dengan tujuan agar kecemasan yang diallamai individu dapat dikurrangi atau diredakan. 
Freud menyatakan bahwa mekanisme pertahanan ego adalah mekanisme yang rumit. Berikut mekanisme pertahanan ego menurut Freud dalam (koeswara 2001:46-48):
  1. Represi, yaitu mekanisme yang dilakukan ego untuk meredakan kecemasan dengan cara menekan dorongan-dorongan yang menjadi penyebab kecemasan tersebut ke dalam ketidak sadaran.
  2. Sublimasi, adalah mekanisme pertahanan ego yang ditujukan untuk mencegah atau meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan menyesuaikan dorongan primitif id yang menjadi penyebab kecemasan ke dalam bentuk tingkah laku yang bisa diterima, dan bahkan dihargai oleh masyarakat.
  3. Proyeksi, adalah pengalihan dorongan, sikap, atau tingkah laku yang menimbulkan kecemasan kepada orang lain.
  4. Displacement, adalah pengungkapan dorongan yang menimbulkan kecemasan kepada objek atau individu yang kurang berbahaya dibanding individu semula.
  5. Rasionalisasi, menunjuk kepada upaya individu memutarbalikkan kenyataan, dalam hal ini kenyataan yang mengamcam ego, melalui dalih tertentu yang seakan-akan masuk akal. Rasionalisasi sering dibedakan menjadi dua : sour grape technique dan sweet orange technique.
  6. Pembentukan reaksi, adalah upaya mengatasi kecemasan karena insdividu memiliki dorongan yang bertentangan dengan norma, dengan cara berbuat sebaliknya.
  7. Regresi, adalah upaya mengatasi kecemasan dengan bertinkah laku yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
4. Kecemasan
Kecemasan merupakan perasaan kekhawatiran karena keinginan dan tuntunan internal tidak terpenuhi dengan sebaiknya. Freud mengemukakan ada tiga bentuk kecemasan, antara lain: 
  1. Kecemasan realitas (reality anxity), takut akan bahaya yang datang dari luar. Kecemasan ini bersumber dari ego. 
  2. Kecemasan neurosis (neurotic anxity), khawatir tidak mampu mengatasi atau menekan keinginan-keinginan primitifnya. Kecemasan ini bersumber dari id. 
  3. Kecemasan moral (moral anxity), kecemasan akibat dari rasa bersalah dan ketakutan dihukum oleh nilai-nilai dalam hati nuraninya. Kecemasan ini bersumber dari super ego. 

Perkembangan Kepribadian

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian 
Perkembangan kepribadian individu menurut Freud, dipengauhi oleh kematangan dan cara-cara individu mengatasi ketegangan. Menurut Freud, kematangan adalah pengaruh asli dari dalam diri manusia. Ketegangan dapat timbul karena adanya frustasi, konflik, dan ancaman. Upaya mengatasi ketegangan ini dilakukan individu dengan: identifikasi, sublimasi, dan mekanisme pertahanan ego.  
  
Tahap-tahap Perkembangan Kepribadian 
Menurut Freud, kepribadian individu telah terbentuk pada akhir tahun kelima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur dasar itu. Selanjutnya Freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian berlangsung melalui 5 fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah erogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitif terhadap rangsangan. kelima fase perkembangan kepribadian adalah sebagai berikut : 
  1. Fase oral (oral stage): 0 sampai kira-kira 18 bulan Bagian tubuh yang sensitif terhadap rangsangan adalah mulut.  
  2. Fase anal (anal stage): kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun. Pada fase ini bagian tubuh yang sensitif adalah anus.
  3. Fase falis (phallic stage): kira-kira usia 3 sampai 6 tahun. Bagian tubuh yang sensitif pada fase falis adalah alat kelamin. 
  4. Fase laten (latency stage): kira-kira usia 6 sampai pubertas. Pada fase ini dorongan seks cenderung bersifat laten atau tertekan. 
  5. Fase genital (genital stage): terjadi sejak individu memasuki pubertas dan selanjutnya. Pada masa ini individu telah mengalami kematangan pada organ reproduksi. 

Penerapan Psikoanalisis

  • Penerapan Dalam Dunia Pendidikan 
Penerapan teori psikoanalisis yang dikembangkan Sigmund Freud ini dapat diterapkan dalam dunia pendidikan dengan cara mengajar sambil membangun mekanisme sistem pertahanan ego pada peserta didik seingga terjadi inernalisasai nilai. 
  • Penerapan Dalam Terapi 
Penerapan dalam terapi menggunakan teori atau pendekatan psikoanalisis dilakukan dengan berfokus pada mengubah masalah perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara memahami akar masalah yang biasanya tersembunyi dipikiran bawah sadar. Tujuan dari metode psikoanalisis adalah agar klien bisa menyadari apa yang sebelumnya tidak klien sadari. Gangguan psikologis mencerminkan adanya masalah di alam bawah sadar yang belum terselesaikan. Untuk itu, klien perlu menggali bawah sadarnya untuk mendapatkan solusi. Dengan memahami masalah yang klien sendiri alami, maka klien dapat menyelesaikan masalahnya melalui pemahaman terhadap diri sendiri (pribadi).

 

Referensi 

Boeree, C. G. (2006). Personality Theories (2 nd). Pennysylvania, Psychology Department Shippen University. 
Koeswara, E. (2001). Teori-teori Kepribadian Edisi II.Bandung: PT Eresco. 
Kuntjojo. (2009) Psikologi Kepribadian. Kediri: Universitas Nusantara PGRI. 
Sumanto. (2014). Psikologi Umum.Yogyakarta:Center of Academic Publishing Service. 
Supratiknya, A. (1993). Teori-teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta.Kanisius.

Posting Komentar

0 Komentar