The Psychology of Personal Construct
George
A. Kelly lahir tahun 1905 di Perth, Kansas. Dia adalah anak tunggal dari keluarga
yang taat agama, karena ayahnya adalah seorang pemuka agama. Dia belajar di
bidang sosiologi dan perburuhan pada tahun 1930 di Universitas of Edinburgh,
Scotland. Selain itu dia juga mendalami bidang oratory, public speaking, dramatics, serta pemerintahan. Awal
ketertarikannya pada psikologi setelah membaca artikelnya Freud. Kemudian
mempelajari psikologi selama 9 bulan dan berhasil meraih gelar doktoral dari
Universitas of Lowa. 12 tahun mendalami bidang pendidikan dan mengembangkan konseling
klinis di Kansas Barat. Setahun mengabdi di Univ. of Maryland, lalu pindah dan
menggantikan Carl Rogers di Ohio State University sebagai kepala program
pelatihan klinis. Mendapatkan sarjana Strata 1 di Friends University, Kansas,
dan Park College di Missouri. Pascasarjananya di University of Kansas,
University of Minnesota, dan University of Edinburgh, dan mendapatkan Ph.D-nya
dari State University of Iowa pada 1931. Kelly membangun klinik keliling di
Kansas, Kelly pernah menjadi Psikolog lepas pada Perang Dunia II. Kelly
mendapatkan gelar Profesornya psikologinya di Ohio State University dan
Brandeis University.tahun 1955 menulis teori dalam 2 volume buku: “The Pshychology of Personal Construct”.
Beliau meninggal pada 6 Maret 1967.
Aliran ini memandang manusia sebagai berikut:
1. Manusia adalah scientist yang mencoba untuk memprediksi dan mengontrol fenomena tingkah laku. Konsekuensi logis dari pandangan ini adalah sebagai berikut:
a. Manusia itu pada dasarnya berorientasi ke masa depan, yaitu emncapai masa depan yang lebih baik dari masa sekarang.
b. Manusia memiliki kemampuan untuk mempresentasikan atau mengkonsep lingkungan dari pada hanya meresponnya. Manusia dapat mengembangkan rumusan-rumusan alternative teoritis tentang fenomena, menafsirkan, dan mengontruksi serta merekonstruksi lingkungannya. Kehidupan merupakan representasi atau kontruksi dari kenyataan, dan kualitas hidup ditunjukkan manusia untuk menciptakan dan kembali menciptakan dirinya sendiri.
2. Manusia itu bebas (free) tetapi juga terkungkung (determined). Sistem konstruk individu dilengkapi dengan kebebasan untuk mengambil keputusan (freedom of decision) dan keterbatasan bertindak (limitation of action), sebab dia tidak dapat membuat pilihan di luar alternative-alternatif yang telah ditetapkannya.
Struktur
kepribadian manusia adalah sistem konstruknya. Konstruk merupakan cara menafsirkan
dunia atau lingkungan. Konstruk merupakan konsep yang digunakan individu dalam
menafsirkan, mengkategorisasikan, dan memetakan tingkah laku. Individu
mengantisipasi meristiwa dan menafsirkan jawabannya. Dia mengalami peristiwa
dan menafsirkannya, kemudian menempatkan struktur dan pengertian atas peristiwa
tersebut dalam mengamati peristiwa-peristiwa. Individu memperhatikan bahwa
beberapa peristiwa memiliki karakteristik umum yang membedakannya dengan
peristiwa yang lain. Dia mengenal bahwa peristiwa-peristiwa itu ada yang
memiliki karakteristik yang sama dan juga yang berbeda. Individu mengamati
bahwa sebagian orang ada yang tinggi dan ada juga yang pendek, ada pria dan ada
juga wanita, ada benda-benda yang keras dan ada juga yang lunak. Upaya
mengkonstruk persamaan dan perbedaan sesuatu itu membimbing ke arah suatu
konstruk. Tanpa konstruk, kehidupan ini akan kacau kehidupan ini akan kacau.
Struktur Kepribadian
Kelly memandang semua konstruk itu dikotomus, masing-masing mempunyai persamaan dan perbedaan. Dalam mengkonstruksi peristiwa dapat digunakan konstruk dari segi kualitas dan kuantitasnya. Contoh tentang konstruk hitam-putih dengan konstruk kuantitas dapat diperhalus menjadi empat skala penilaian, yaitu: hitam, sedikit hitam, sedikit/hampir putih, dan putih. Kelly mengukuhkan bahwa konstruk itu tersusun dari dua kutub atau kombinasi: persamaan-perbedaan. Hal ini menunjukkan bahwa kita tidak dapat memahami hakikat konstruk seseorang, apabila dia hanya menggunakan kutub persamaan atau perbedaan saja. Kita tidak akan tau konstruk seseorang, sehingga memahami peristiwa-peristiwa yang menyertainya, dan pandanga dia tentang peristiwa itu, apakah dia memandang bahwa peristiwa-peristiwa tersebut bertentangan dengan konstruk yang telah dimilikinya. Konstruk-konstruk itu dapat dikategorikan ke dalam cara yang bervariasi, yaitu sebagai berikut:
a. Core (inti), konstruk dasar dari fungsi individu.
b. Peripheral (pinggir, luar), konstruk yang dapat diubah tanpa modifikasi mendasar, serius dari konstruk inti.
c. Permeable (dapat ditembus), konstruk yang terbuka, dari menerima elmen-elmen yang aru.
d. Impermeable, (tak tembus/tertutup), konstruk yang menolak elmen-elmen baru.
e. Tight (rapat/erat). Konstruk yang tidak mengubah-ubah prediksi.
f. Loose (longgar), konstruk dalam mana individu mengharapkan satu hal dalam satu waktu, dan hal yang berbeda dalam kondisi yang sama.
g. Verbal, konstruk yang mempunyai simbol kata yang konsisten/ajeg.
h. Preverbal, konstruk dalam mana individu belum mempunyai simbol kata yang konsisten. Konstruk ini dialami/dipelajari individu sebelum perkembangan bahwa (masa bayi/kanak-kanak awal).
i. Submeged (tenggelam), konstruk ini bisa jadi tidak diverbalisasikan dan individu mungkin tidak dapat melaporkan semua elemen yang ada dalam konstruk tersebut.
Konstruk digunakan oleh individu untuk menafsirkan dan peristiwa-peristiwa yang terorganisasi sebagai bagian dari sistem. Konstruk-konstruk dalam sistem diorganisasi/diatur dalam kelompok-kelompok untuk meminimalkan atau mengurangi ketidakcocokan atau ketidakajegan. Konstruk-konstruk dalam sistem tersusun secara hirarki, yaitu: Superordinate (termasuk konstruk-bimbingan dan konseling karir lain yang berbeda dalam konteksnya), dan subordinate (satu konstruk yang dimasukkan ke dalam konteks bimbingan dan konseling karir superordinate).
Kelly membedakan antara dua tipe konstruk yang berbeda: verbal dan praverbal. Konstruk verbal dapat diekspresikan dalam kata-kata, sedangkan konstruk praverbal adalah salah satu yang digunakan meskipun orang tersebut tidak memiliki kata-kata untuk mengekspresikannya. Selain itu untuk membedakan antara tipe konstruk, aspek penting lainnya dari sistem teoritis Kelly menyangkut keseluruhan kumpulan konstruk pada orang. Konstruk yang digunakan oleh orang diyakini diatur sebagai bagian dari sistem. Dalam sistem konstruk personal, konstruk berbeda dalam kaitannya dengan keadaan di mana hal tersebut diaplikasikan. Intinya menurut teori konstruk personal Kelly, kepribadian dibangun atas sistem konstruknya.
Teori konstruk personal dinyatakan dalam satu asumsi dasar dan dielaborasikan oleh sebelas corollaries yang menyatakan bahwa
“A person’s processses are psychologically channelized by the way in which he anticipates events (Proses seseorang secara psikologis dijembatani oleh cara orang tersebut mengantisipasi peristiwa-peristiwa)”. (Kelly, 1991: 46).
Terdapat kata kunci didalam kalimat tersebut; Pertama “a person’s processes are psychologically channelized” mengindikasikan bahwa manusia mengarahkan proses mereka pada suatu jalur, suatu tujuan, atau akhir. Kedua „anticipates events‟ yaitu manusia mampu mengantisipasi peristiwa, mengarahkan tindakan mereka sesuai dengan prediksi mereka atas masa depan.
Untuk menguraikan teori konstruk personalnya tersebut, secara lebih spesifik, Kelly menguraikannya ke dalam bentuk 11 corollaries/ konsekuensi yang dijadikan sebagai konsep dasar dan spesifik dalam menjelaskan isu-isu utama mengenai sistem construk. Kata corollary dalam teori personal konstruk mengacu pada ide yang terbentuk dari sesuatu yang sudah terbukti, dimana konsekuensi secara alami akan mengikuti. Ke-11 corollaries tersebut adalah sebagai berikut:
- Construction Corollary. Tidak ada dua kejadian yang sama persis. Namun, seseorang akan menafsirkan beberapa kejadian mirip agar bisa dipahami sebagai hal yang sama. Kelly menyebut kemiripan peristiwa-peristiwa ini sebagai construction corollary. Construction corollary didefinisikan sebagai “antisipasi terhadap kejadian-kejadian dengan memahami replikasinya (perulangannya)”. Definisi ini menekankan pengertian bahwa manusia memahami atau menginterprestasikan kejadian masa depan sesuai tema atau replikasi yang terus berulang.
- Individuality Corollary. Manusia berbeda satu sama lain dalam mengkonstruksi kejadian-kejadian yang mereka alami. Kelly menyebut perbedaan ini sebagai individuality corollary. Karena manusia memiliki gudang pengalaman yang berbeda-beda, mereka pun memahami peristiwa yang sama secara berbeda.
- Organization Corollary. Organization corollary menekankan hubungan antara konstruk dan kondisi di mana manusia bergerak sesuai karakternya demi kenyamanan mereka dengan mengantisipasi kejadian-kejadian, sebuah sistem konstruksi yang mencakup hubungan hierarkis di antara konstruk-konstruk.
- Dichotomy Corollary. Kelly menyatakan dichotomy corollary sebagai sistem konstruk yang tersusun dari sejumlah konstruk dikotomi. Kelly menyatakan bahwa sebuah konstruk terdiri atas proposisi ini-itu, hitam-putih, tidak ada-abu-abu. Untuk bisa membentuk sebuah konstruk, manusia harus sanggup melihat kemiripan di antara kejadian-kejadian, selain juga sanggup mempertentangkan kejadian-kejadian itu dengan kutub yang sebaliknya.
- Choice Corollary. Jika manusia memahami kejadian dalam bentuk dikotomis, mereka akan memiliki sejumlah pilihan untuk mengikuti alternatif dan tindakan yang bisa dipertimbangkan. Hal ini oleh Kelly diberi sebutan sebagai choice corollary.
- Range Corollar. Konsep Kelly tentang range corollary menyatakan bahwa konstruk pribadi bersifat terbatas dan tidak relevan untuk segala sesuatu. Dengan kata lain, sebuah konstruk terbatas hanya kepada jangkauan kesesuaian tertentu. Konsekuensi jangkauan mendorong Kelly untuk membedakan antara konsep dan konstruk. Konsep mencakup semua elemen yang memiliki sifat umum, menghilangkan semua elemen yang tidak memiliki sifat tersebut.
- Experience Corollary. Dasar dari teori konstruk pribadi adalah antisipasi terhadap kejadian-kejadian. Menurut Kelly, seseorang akan memandang masa depan dan membuat tekanan-tekanan tentang apa yang akan terjadi. Kemudian, saat kejadian semakin terpahami, seseorang akan dapat membenarkan konstruk yang sudah ada atau menstruktur ulang kejadian-kejadian tersebut agar cocok dengan pengalamannya. Kelly mendefinisikan experience corollary sebagai sistem konstruk pribadi beragam sesuai cara manusia memahami secara berturut-turut replikasi kejadian-kejadian. Kelly menggunakan kata “berturut-turut” untuk menunjukkan bahwa kita memberi perhatian hanya kepada satu hal di satu waktu.
- Modulation Corollary. Modulation corollary didefinisikan Kelly sebagai variasi dalam sistem konstruk pribadi ditentukan oleh kemampuan peresapanya, melauinya jangkauan kesesuaian varian-variannya berbeda. Konsekuensi ini mengikuti sekaligus mengembangkan konsekuensi pengalaman. Kelly mengasumsikan tataran di mana manusia merevisi konstruk-konstruk mereka terkait derajat peresapan (permeability) dari konstruk yang sudah ada.
- Fragmentation Corollary. Meskipun Kelly mengasumsikan stabilitas atau konsistensi menyeluruh terhadap sistem konstruk pribadi namun, konsepnya tentang fragmentation corollary justru mengakibatkan ketidaksesuaian elemen-elemen tertentu.
- Commonality Corollary. Meskipun konsekuensi pendukung yang kedua dari Kelly mengasumsikan perbedaan manusia satu sama lain namun, konsepnya tentang commonality corollary justru mengasumsikan kemiripan di antara mereka. Secara ringkas, Kelly mendefinisikannya apabila manusia menggunakan sebuah konstruksi terhadap pengalaman yang mirip dengan yang digunakan orang lain, maka proses-proses psikologis keduanya bisa dipastikan mirip juga.
- Sociality Corollary. Konsekuensi pendukung terakhir Kelly sociality corollary yang bisa diringkas sebagai ketika manusia dapat memahami secara akurat sistem keyakinan orang lain, bisa jadi mereka juga berperan utama dalam proses-proses sosial yang melibatkan orang-orang tersebut. Karena menurut Kelly, manusia melekat kepada kelompok budaya yang sama bukan hanya karena perilaku mereka sama, atau karena mereka mengharapkan hal-hal yang sama, tetapi khususnya karena mereka memahami pengalaman dengan cara yang sama.
Dinamika Kepribadian
Dalam proses memandang tingkah laku manusia, Kelly tidak mendasarkan pada teori tradisional tentang motivasi. Dalam hal ini Kelly merumuskan suatu asumsi, bahwa “proses seseorang itu secara psikologi dijembatani oleh cara dia mengantisipasi peristiwa”. Asumsi tersebut mengimplikasikan bahwa:
- Individu menyusun atau mencari prediksi,
- Individu mengantisipasi peristiwa,
- Individu menggapai masa depan melalui jendela masa kini.
Oleh karena itu, pada intinya individu membuat prediksi dan mempertimbangkan perubahan yang lebih jauh dalam sistem sistem konstruk karena mereka mendasarkan perubahan mengarah pada prediksi yang akurat atau tidak. Pembahasan proses ini akan lebih kompleks dengan diperkenalkannya konsep annxienty dan threat. Kelly mengartikan konsep-konsep itu sebagai berikut:
- Anxienty (cemas) adalah suatu pengenalan bahwa peristiwa-peristiwa yang dikonfrontasiakan kepada individu terletak di luar daerah sistem konstruknya. Seseorang akan cemas ketika dalam kondisi tanpa konstruk, ketika seseorang kehilangan penguasaan struktural atas sebuah peristiwa dan ketika seseorang sistem konstruknya jatuh.
- Threat (ancaman) merupakan kesadaran akan ancaman terjadinya perubahan struktur konstruk dirinya. Individu merasa ancaman ketika mereka menyadari bahwa sistem konstruk mereka akan terrpengaruhi secara dramatis oleh apa yang baru saja ditemukan. Kondisi ini merupakan batasan antara kebingungan dan kepastian, antara kecemasan dan kebosanan.
Apa yang terjadi konsep kecemasan, ketakutan, dan ancaman menjadi signifikan karena konsep itu mengisyaratkan dimensi baru pada pandangan Kelly terhadap fungsi manusia. Akan tetapi, kecemasan dan ancaman, individu kemungkinan akan lebih memilih sistem yang terbatas ketimbang memperluas sistem mereka yang bisa menimbulkan resiko pada sistem konstruknya. Sebagai kesimpulan dari pandangan Kelly tentang proses perilaku individu adalah sebagai berikut:
Perilaku/aktivitas individu tidak tidak dilatarbelakangi oleh kekuatan motivasi.
Manusia berperilaku seperti scientist dalam mengkonstruk peristiwa-peristiwa, dalam membuat prediksi, dan dalam mencari perluasan system konstruknya. Tetapi kadang-kadang tidak seperti scientist, individu merasa begitu cemas karena ketidakpahamannya, dan begitu merasa terancam karena ketidak familiarannya akan peristiwa yang dihadapinya. Dengan kata lain, manakala individu berperilaku seperti scientist yang baik, maka dia akan mampu untuk memperoleh suasana hati yang nyaman dan membuka/mengekspos system konstruk kepada peristiwa-peristiwa yang beragam, yang mengatur atau melengkapi hidupnya.
Perkembangan Kepribadian
Kelly tidak pernah mengemukakan secara eksplisit tentang system konstruknya yang asli. Kelly menyatakan bahwa konstruk-konstruk itu berasal dan bersumber dari usaha mengkonstruksi replica (jawaban-jawaban) atas peristiwa-peristiwa yang terjadi. Dia telah mengelaborasi berbagai jenis peristiwa, sehingga terjadinya konstruk-konstruk yang berbeda, seperti konstruk permeable dan impermeable, system konstruk yang sederhana dan rumit (kompleks). Kelly berpendapat bahwa perkembangan itu ditekankan kepada konstruk preverbal pada masa infancy (bayi, kanak-kanak) dan penafsiran budaya yang terlibat dalam proses harapan-harapan yang dipelajari dan dialami. Orang memiliki kelompok budaya yang sama dan mereka mengembangkan cara-cara tertentu dalam mengkonstruk peristiwa-peristiwa, dan mereka pun mengembangkan jenis-jenis harapan yang sama mengenai jenis-jenis perilaku tertentu.
Signell dalam teori kepribadian Syamsu Yusuf mengemukakan bahwa di antara usia 9 dan 16 tahun, anak-anak menjadi lebih kompleks ranah kognisinya, yaitu perkembangan mereka cenderung menjadi lebih abstrak dalam cara berpikirnya. Mereka memiliki sejumlah cara yang lebih luas dalam menafsirkan lingkungannya, dan mereka juga lebih fleksibel dalam menafsirkan peristiwa-peristiwa.
Dua macam penelitian lain telah dilaporkan, bahwa ada relevansi masalah faktor penentu struktur kognitif yang kompleks. Studi pertama mengemukakan, bahwa tingkat kompleksitas kognitif subjek berkaitan erat dengan tingkat kompleksitas rangsangan yang mereka peroleh pada masa anak-anak. Studi kedua menemukan bahwa orang tua yang memiliki ranah kognitifnya yang kompleks (kaya ide, luas dalam berpikir) lebih menunjang berkembangnya kemandirian anak (autonomy) dan kurang mendukung perkembangan sifat otoriter, dibandingkan dengan orangtua yang kompleksitas kognitifnya rendah. Untuk mengembangkan kompleksitas kognitif atau struktur yang kompleks maka kepada anak perlu:
- Diberiakan kesempatan untuk menguji berbegai peristiwa yang berbeda, dan
- Diberikan berbagai pengalaman yang beragam.
Masalah faktor-faktor yang menentukan isi konstruk dan kompleksitas system konstruk adalah suatu hal yang sangat penting. Hal ini terutama karena ada relevansinya dengan bidang pendidikan, yaitu bahwa pendidikan akan mampu mengembangkan system konstruk yang kompleks, fleksibel, dan adaptif.
Implikasi Teori Kepribadian Kelly terhadap Bimbingan dan Konseling
Proses perubahan (change) yang konstruktif didiskusikan oleh Kelly dengan maksud sebagai upaya mengembangkan system konstruk yang lebih baik. Upaya itu dapat dilakukan melalui bimbingan dan konseling, yaitu suatu proses bantuan terhadap klien dalam mengembangkan prediksi-prediksinya. Dalam bimbingan dan konseling/psikoterapi, klien dilatih untuk menjadi scientist yang baik. Dengan demikian bimbingan dan konseling/psikoterapi dapat juga diartikan sebagai suatu proses merekonstruksi system konstruk. Maksudnya adalah pertama, mengganti beberapa konstruk yang ada. Kedua, menambahkan konstruk yang baru. Ketiga, mengerutkan beberapa konstruk, sementara yang lain dilonggarkan (loosened), dan keempat, menjadikan lebih permeable sedangkan yang lain menjadi lebih kurang permeable (less permeable). Berdasarkan ini, bimbingan dan konseling/psikoterapi dapat diartikan sebagai rekonstruksi psikologis tentang kehidupan (psychotherapy is the psychological reconstruction of life). Menurut Kelly, ada tiga kondisi yang mendukung bagi pembentukan konstruk yang baru atau perubahan pribadi, yaitu sebagai berikut:
1. Atmosphere of experimentation.
Bimbingan dan konseling/psikoterapi merupakan satu bentuk ekspresimentasi. Dalam bimbingan dan konseling atau psikoterapi diciptakan suasana yang nyaman, dan adanya penerimaan atas hipotesa yang diajukan. Dalam terapi konstruk, dan hipotesa diperbaiki berdasarkan bukti-bukti empiris. Konselor atau terapis membantu klien/konseli agar berkembang menjadi scientist yang baik dengan upaya (penciptaan atsmosfir atau iklim) yang :
- Permisif dan responsive,
- Melengkapi atau memberi alat eksperimentasi kepada klien/konseli, dan
- Mendorong klien untuk membuat hipotesa.
2. Provision of new elements.
Kondisi yang menguntungkan untuk terjadinya perubahan (change) yang konstruktif yang meliputi elemen-elemen baru yang relative tak terikat kepada konstruk yang lama. Elemen-elemen baru itu dapat dikenalkan atau dikonfrontasikan kepada klien atau konseli di ruangan terapi ataupun bimbingan dan konseling sebagai lingkungan yang terlindungi. Terapis atau konselor sendiri dapat menampilkan elemen baru dalam berhubungan dengan klien/konseli, sehingga klien/konseli dapat mengembangkan konstruk-konstruk yang baru.
3. Validating data available.
Klien/konseli diberi kesempatan untuk menguji keabsahan data, sehingga dia mampu membentuk atau mengubah konstruknya lebih konstruktif.
Dalam hubungannya dengan penciptaan kondisi yang kondusif bagi terjadinya perubahan dalam diri klien/konseli, Kelly mengembangkan teknik terapeutik dalam diri klien/konseli, Kelly menegmbangkan teknik terapeutik khusus, yaitu: Role construct rep ertory test untuk menilai konten dan struktur system konstruk seseorang. Kelly juga mengembangkan system konstruk fixed-role therapy. Terapi ini mengasumsikan bahwa secara psikologis manusia itu adalah apa yang dia lakukan. Dengan teknik ini klien/konseli didorong untuk menampakkan/mewujudkan dirinya dalam cara-cara yang baru, berperilaku yang baru, dan mengkonstruk dirinya dalam cara yang baru, sehingga dia menjadi manusia yang baru.
Referensi:
Feist, Jess dkk. 2010. Teori Kepribadian Edisi 7 Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.
Yusuf, Syamsu dan Nurihsan A. Juntika. 2008. Teori Kepribadian.Bandung : PT Remaja Rosdakkarya Offset.
0 Komentar