Art and Drawing Therapy

Art and Drawing Therapy

A. Konsep Dasar Art and Drawing Therapy

Art Therapy adalah perpaduan dua disiplin keilmuan yaitu kesenian dan psikologi yang menghasilkan suatu teknik yang menarik. Integrasi yang dihasilkan dua teori ini lebih berfokus pada bagaimana dan mengapa art therapy berguna sebagai intervensi primer dan sebagai modalitas. Art therapy dapat dinilai sebagai suatu bentuk bahasa visual individu untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan yang tidak bisa mereka ungkapkan. Art therapy juga merupakan salah satu intervensi psikologis yang semakin berkembang dalam kurun waktu terakhir. Art therapy telah banyak digunakan dalam berbagai kasus medis baik pada anak maupun dewasa.

Salah satu macam dari art therapy ialah drawing therapy atau biasa disebut terapi menggambar, Menurut Fastari dalam artikelnya berjudul Art Psychotherapy, dijelaskan bahwa terapi menggambar merupakan suatu proses terapeutik verbal-nonverbal yang terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan menggambar dilanjutkan dengan konseling. Kegiatan menggambar akan dilakukan pada sesi kedua sampai sesi keenam. Setiap sesi menggambar akan dilakukan berdasarkan instruksi dan tujuan masing-masing sesi. Sarana-prasarana yang digunakan masing-masing sesi akan berbeda antara satu sesi dengan sesi lainnya. Konselor berperan sebagai fasilitator yang memandu konseli selama proses terapi.

Konseling yang dilakukan merupakan bagian yang pokok yang menyertai art therapy gambar. Pada bagian ini, konselor memberikan kesempatan kepada konseli untuk mengekspresikan kondisi psikisnya melalui tulisan dan memberi konseling terhadap gambar dengan menggunakan skill konseling, antara lain probing, reflecting, paraphrasing, focusing, clarifying, summarizing, dan supporting. 

B. Tujuan dan Manfaat Art and Drawing Therapy

Berdasar pada konteks art therapy yang memanfaatkan aktivitas tubuh secara langsung maka Malchiodi (2003) mengambil suatu kesimpulan bahwa art therapy memiliki manfaat yang antara lain adalah sebagai berikut: 

  1. Memberikan informasi yang lebih bernilai pada proses terapi karena menyediakan karya seni konseli yang dapat digunakan sebagai dasar penilaian perkembangan konseli.
  2. Sebagai sarana dalam pelepasan emosi (katarsis) dimana hal ini sebagai pelepasan pengalaman yang meyakitkan dan menganggu.
  3. Mengurangi tingkat stress dan menginduksi respon relaksasi fisiologis melalui pengubahan suasana hati.
  4. Menambah wawasan tentang kompleksitas hubungan antara fisiologis, emosi, dan gambar sebagai bagian dari intervensi efektivitas yang telah dilaksanakan.

Kegiatan melukis atau menggambar dalam art and drawing therapy ini dapat meningkatkan konsentrasi atau fokus, kemampuan visual maupun spatial, kemampuan kinetik (gerak) tubuh, mengekpresikan imajinasi maupun emosi secara positif, dan membuat konseli lebih rileks. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Dimisio pada tahun 1994 (Malchiodi,2003) diketahui bahwa gambar yang dilihat, dibayangkan, ataupun digambar dapat mengaktifakan bagian visual cortex pada otak. Pengalaman dalam menggambar, melukis ataupun aktifitas seni lainnya melibatkan proses diotak dan terlihat melalui reaksi tubuh. Proses pembuatan gambar yang mengaktifkan visual cortex pada otak, maka tubuh akan memberi reaksi yang sama pada saat menghadapi situasi yang nyata.

Permasalahan yang dapat ditangani dengan penggunaan art therapy jenis ini antara lain penilaian diri yang rendah, menyalahkan atau tidak bisa memaafkan diri sendiri, kehilangan motivasi belajar, dependensi (ketergantungan), Mudah lelah, Inertia (malas melakukan sesuatu). Selain itu art and drawing therapy dapat menjadi cara dalam mengkomunikasikan pengalaman yang sulit untuk diverbalisasi, seperti kekerasan fisik atau seksual, trauma, kesedihan, serta pengalaman emosional yang komplek.

C.    Langkah-langkah Pelaksanaan Art and Drawing Therapy

Sebelum proses terapi, konseling akan melalui tahap asesmen terlebih dahulu. Tahap asesmen meliputi wawancara dan pemberian Hamilton Depression Rating Scale (HAM-D) sebagai pretest dan posttest. Art psychotherapy gambar terdiri dari 3 fase, yakni beginning treatment, mid phase, dan termination. Keseluruhan art psychotherapy gambar ini akan dilaksanakan sebanyak 6 sesi.

Art Psychotherapy gambar ini menggunakan sarana prasarana yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Kegiatan menggambar dimulai pada pertemuan ke-2 terapi sampai pada pertemuan ke-6. Di awal dan akhir setiap sesi akan dilakukan kegiatan evaluasi terhadap gambar yang dapat diwujudkan dengan kegiatan konseling, mendengarkan umpan balik dari konseli, review gambar, yang keseleruhannya merupakan proses timbal balik antara konseli dengan terapis atau konselor.

Fase

Kegiatan

Sesi

Beginning Treatment

Menggambar bebas dengan alat krayon, wawancara, pemberian HAM-D,

Sesi ke-1

Mid Phase

1. Menggambar dengan tema menggunakan krayon

Sesi ke-2

2. Menggambar dengan tema menggunakan cat akrilik+jari tangan

Sesi ke-3 sampai dengan sesi ke-5

Termination

Menggambar dengan tema menggunakan krayon

Sesi ke-6

 

Pencapaian tujuan terapi, yakni penurunan simtom akan dilakukan dengan teknik-teknik terapeutik, yakni konseling dengan teknik diskusi dan evaluasi. Adapun juga, cara pelaksanaan art therapy gambar bisa digambarkan sebagai berikut:

Konselor atau Terapis

Konseli

a.       Mempersiapkan alat dan bahan (Kertas atau sketchbook, Pensil, Penghapus, Rautan pensil, Spidol hitam, Satu set krayon atau pensil warna dalam 24 atau 36 warna

b.      Mengecek catatan riwayat konseli (jika ada).

c.       Identifikasi faktor atau kondisi yang menyebabkan kontra indikasi.

d.      Pembinaan Rapport.

e.       Penjelasan kegiatan (tujuan, prosedur, waktu).

f.       Memberikan kesempatan bertanya.

g.      Menanyakan perasaan atau keluhan saat ini.

h.      Membantu konseli mengatur pada posisi nyaman, pembagian alat lukis.

i.        Identifikasi jenis pilihan gambar atau lukisan.

j.        Anjurkan konseli menggambar sesuai keinginan.

k.      Berikan umpan positif dan apresiasi.

l.        Setelah selesai berikan kesempatan menjelaskan gambar atau lukisannya.

m.    Beri kesempatan konseli untuk melukis kembali bila konseli ingin melukis.

n.      Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan konseli).

o.      Simpulkan hasil kegiatan.

p.      Berikan umpan balik positif.

q.      Kontrak pertemuan selanjutnya.

r.        Terminasi.

a.  Menggambar bebas dengan krayon dan kertas.

b.  Menggambar dengan tema menggunakan krayon dan kertas.

c.  Menggambar dengan tema menggunakan cat aklirik dan kanvas.

d. Menggambar dengan tema menggunakan krayon dan kertas.

 

Konselor diharapkan memberikan kesempatan katarsis, membantu konseli memahami emosi yang dialami, menstimulasi agar bisa mengambil alih kendali dan memfasilitasi pemahaman dan motivasi baru.


Referensi:

Chandrania Fastari, M. P. (2016). Art Psychotherapy Gambar. Diambil dari ipekajatim.files.wordpress.com: https://ipekajatim.files.wordpress.com/2016/11/resume-untuk-ipk-art-psychotherapy-gambar.pdf Di akses pada 24 Desember 2019 pukul 12.32

Harsanat, S. d. (2010). Kajian Teoritis Pengaruh Art Therapy Dalam Mengurangi Kecemasan Pada Penderita Kangker. Buletin Psikologi, hal. 29-35, Volume 18, No.1.

Malchiodi, C. A. (2003). Handbook of Art Therapy. New York, London: The Gulford Press.

Sholihah, I. N. (2017). Kajian Teoritis Penggunaan Art Therapy dalam Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Di SMK. International Conference: 1st ASEAN School Counselor Conference on Inovation and Creativity in Counseling (hal. 173-182). Yogyakarta: IBKS Publishing.

Posting Komentar

0 Komentar